BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Keterampilan menulis merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meraih
kemajuan belajar siswa. Upaya pengembangan dan peningkatan keterampilan menulis
di antaranya dilakukan melalui pembelajaran di sekolah. Sekolah Dasar (SD)
sebagai pengalaman pertama pendidikan dasar yang harus mampu membekali
lulusannya dengan dasar-dasar kemampuan menulis yang diperlukan untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Menulis permulaan sebagai kemampuan dasar menulis siswa merupakan alat
yang utama bagi siswa. Namun pada kenyataannya masih terdapat siswa yang tidak
dapat menulis. Keadaan ini terjadi pada siswa kelas I maupun pada tingkat yang
lebih tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran membaca di Sekolah Dasar (SD)
belum berhasil. Masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai
huruf atau bahkan sama sekali belum menguasai huruf. Hal itu sangat
mempengaruhi keberhasilan siswa tersebut dalam belajar atau menerima mata
pelajaran yang dipelajari di sekolah.
Sehingga Bertolak
dari betapa pentingnya pembeljaran menulis permulaan yang mendasari berbagai
bidang studi kelas-kelas selanjutnya maka, penulis tertarik untuk membuat
makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana penerapan
strategi pembelajaran menulis dengan model menulis permulaan itu?
2. Bagimana penerapan strategi
pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal itu?
3. Bagaimana penerapan strategi
pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses
4. Bagaimana penerapan strategi
pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa?
5. Bagaimana cara penilaian/ evaluasi Menulis di SD?
C.
TUJUAN DAN MANFAAT MAKALAH
1. Tujuan Makalah
a. Menjelaskan tentang strategi pembelajaran menulis dengan model menulis permulaan
b. Menjelaskan tentang strategi pembelajaran menulis dengan
model pengembangan menulis informal
c. Menjelaskan tentang strategi pembelajaran menulis dengan
model pengembangan menulis proses
d. Menjelaskan tentang strategi pembelajaran menulis dengan
model lintas keterampilan berbahasa
e. Menjelaskan tentang cara penilaian/ evaluasi Menulis di SD
2.
Manfaat Makalah
a.
Meningkatkan
pemahaman tentang strategi
pembelajaran menulis dengan model menulis permulaan
b.
Meningkatkan
pemahaman tentang strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan
menulis informal
c.
Meningkatkan
pemahaman tentang strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan
menulis proses
d.
Meningkatkan
pemahaman tentang strategi pembelajaran menulis dengan model lintas
keterampilan berbahasa
e.
Meningkatkan
pemahaman tentang cara
penilaian/ evaluasi Menulis di SD
BAB II
PEMBAHASAN
A.
STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN
MODEL MENULIS PERMULAAN
1.
Pengertian
menulis permulaan
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan
(seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1993:968) menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu
melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau mengarang
adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).
Jadi, menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan
kepada kemampuan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak
mulai memasuki bangku sekolah.
Langkah-langkah
pembelajaran menulis permulaan, antara lain:
1)
Pengenalan huruf
Kegiatan
ini di lakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca
permulaan.Penekanan pembelajaran di arahkan pada pengenalan bentuk tulisan
serta pelafalannya dengan benar.Fungsi pengenalan ini di maksudkan untuk
melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang
tulisan.
2)
Latihan
Ada
beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan seperti:
·
Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi
yang benar.
·
Latihan gerakan tangan.
·
Latihan mengeblat.
·
Latihan menatap bentuk tulisan.
·
Latihan menulis halus indah.
·
Latihan dikte.
·
Latihan melengkapi tulisan.
a.
Metode dan
pembelajaran menulis permulaan
1)
Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah,
artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan
menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan
huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf
lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
a)
Menulis huruf lepas.
b)
Merangkaikan huruf lepas menjadi
suku kata.
c)
Merangkaikan suku kata menjadi kata.
d)
Menyusun kata menjadi kalimat
(Djauzak, 1996:4).
2)
Metode Kata Lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Mengenalkan kata.
b)
Merangkaikan kata antar suku kata.
c)
Menguraikan suku kata atas
huruf-hurufnya.
d)
Menggabungkan huruf menjadi kata
(Djauzak, 1996:5).
3)
Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis
permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar.
Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata
(Djauzak, 1996:6).
4)
Metode SAS
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode
SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya
terkandung unsur analitik sintetik. Menurut Supriyadi dkk. (l992) alasan mengapa
metode SAS dipandang paling baik antara lain : (l) metode ini menganut prisip
ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa terkecil adalah kalimat, (2) memperhitungkan
perkembangan pengalaman bahasa anak, dan (3) metode ini menganut prinsip
menemukan sendiri. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu
pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni
cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog
siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode
SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan
kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru
dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat
yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah
dengan urutan sebagai berikut:
a)
Struktur yaitu menampilkan
keseluruhan.
b)
Analitik yatu melakukan proses
penguraian.
c)
Sintetik yaitu melakukan penggalan
pada struktur semula.
Untuk
lebih jelasnya dalam penerapan metode SAS, guru melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a)
Guru menuliskan sebuah
kalimat sederhana, membacanya, siswa menyalinnya.
b)
Kalimat itu diuraikan ke
dalam bentuk kata-kata. Setelah dibaca siswa menyalin kata-kata itu seperti
yang dilakukan guru.
c)
Kata-kata dalam kalimat
itu diuraikan lagi atas suku-sukunya. Setelah dibaca, siswa menyalin suku
kata-suku kata itu seperti yang dilakukan guru.
d)
Suku kata itu pun
diuraikan lagi atas huruf-hurufnya. Siswa menyalin seperti yang dilakukan guru.
e)
Setelah guru memberikan
penjelasan lebih lanjut, huruf-huruf itu dirangkaikan kembali menjadi suku
kata, kata, dan kalimat untuk kemudian siswa menyalinnya seperti yang dilakukan
guru.
Kegiatan-kegiatan
lain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1)
Penulisan kata-kata dan
kalimat sederhana yang sudah dikenal atau yang baru dengan huruf balok.
2)
Menyalin kata-kata yang
cocok dengan gambar yang ditunjukkan guru.
3)
Penulisan huruf yang ada
pada kartu, yang telah disusun menjadi kata.
4)
Penulisan cerita di dalam
gambar dengan bimbingan guru.
5)
Penulisan kata-kata yang
sudah dikenal (dengan didiktekan guru).
6)
Penulisan kalimat
sederhana yang dimulai dengan huruf kapital diakhiri tanda titik.
7)
Penulisan jawaban atas
pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.
8)
Selanjutnya pembelajaran
menulis sudah mengarah pada kegiatan mengarang yang diawali dengan pembelajaran
mengarang permulaan (mengarang sederhana berdasarkan gambar seri, cerita
sederhana, atau pengalaman siswa) sampai pada tingkat mengarang lanjut.
Pembelajaran menulis lanjut diarahkan pada pengembangan kemampuan menulis
beragam bentuk tulisan.
Demikian
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan
dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan struktur
analitik sintetik (Subana:176).
2.
Penilaian
Dalam Membaca dan Menulis Permulaan (MMP)
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan,
dan pemaknaan data (informasi) untuk menentukan kualitas sesuatu yang
terkandung dalam data tersebut. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, data atau
informaasi tersebut diperoleh melalui serangkaian kegiatan atau peristiwa yang
terjadi di dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan dimaksud berkaitan apa yang
dilakukan oleh guru, apa yang terjadi di dalam kelas, dan apa yang dilakukan
oleh siswa. Sekalian dengan penilaian pembelajaran MMP di kelas rendah sekolah
dasar, penilaian itu tentunya harus sesuai dengan tujuan dan hakikat
pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Penilaian dimaksud berkenaan dengan
penilaian terhadap proses dan penilaian terhadap hasil.
Mengapa penilaian itu harus mencakup proses belajar dan hasil belajar?. Dalam
kaitannya dengan pertanyaan yang terjadi di dalam kelas dan apa yang dilakukan
dan diperoleh siswa di dalam kelas melalui pembelajaran di dalam kelas. Jawaban
atas dan apa yang dilakukan dan diperoleh siswa di dalam kelas melalui
pembelajaran di dalam kelas. Jawaban atas pertanyaan tersebut mustahil hanya
bisa digali melalui penilaian terhadap hasil belaka tanpa melihat prosesnya.
Disamping itu, sasaran penilaian itupun harus mencakup tiga ranah, yaitu:
a.
Ranah
Kognitif (kemampuan intelektual)
b.
Ranah
Afektif (kemampuan emosi dan sikap)
c.
Ranah
Psikomotorik (ketrampilan)
Oleh karena itu, penilaian itu harus bersikap utuh dan menyeluruh.
Keharusan akan penilaian utuh dan menyeluruh ini mustahil dilakukan dengan
hanya mengandalkan pada alat penilaian yang berupa tes belaka. Alat penilaian
berbentuk tes dan nontes dilakukan, baik terhadap proses dan hasil diharapkan
mampu menggambarkan kemampuan dan kemajuan belajar belajar siswa secara utuh
dan menyeluruh. Penilaian dengan pendekatan seperi ini dinamakan dengan
pendekatan hilostik.
Penilaian yang diarahkan pada proses dan hasil belajar siswa dimaksudkan
untuk melihat kemajuan dan hasil belajar yang dicapai oleh masing-masing siswa.
Berdasarkan informasi kemajuan dan hasil belajar yang bersifat individual itu,
hasil penilaian tersebut juga dapat digunakan untuk membandingkan kemampuan
antarsiswa dalam kelas tersebut. Dengan demikian, hasil penilaian dimaksud akan
menjadi bahan masukan yang berharga untuk menentukan tingkat kenerhasilan anak
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Di samping
itu, guru juga akan mendapat masukan tentang kesulita-kesulitan yang dialami
siswanya dalam belajar. Berbekal informasi tersebut, guru akan dapat memilih
dan merancang pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan
kebutuhan anak dengan kebutuhan anak didiknya.
1.
Penilain
Proses
Penilaian proses dilakakuan
selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam
proses pembelajarn dimaksud, guru akan memperhatikan aktivitas, respons,
kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, perkembangan dan kemajuan belajar siswa
akan diketahui. Bukan hanya itu, masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa dalam belajar akan terdeteksi. Demikan juga denga respon dan
tanggapan siswa terhadap kemajuan belajar yang akan dicapainaya atau terhadap
masalah yang dihadapinya akan diketahui.
Berdasarkan penjelasan
diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa informasi yang terekam dalam proses ini
harus meliputi tiga ranah, yaitu :
a.
Kognitif
b.
Afektif
c.
Psikomotorik
Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi dari ketiga rabah tersebut
dalam proses belajar tidak dapat jika hanya mengandalkan salah satu dari jenis
alat penilaian tertentu. Alat penilaian yang berbentuk tes pada umumnya cocok
untuk menggali kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan kognisi. Sedangkan
untuk alat penilaian afektif dan psikomotorok lebih efektif bila dilakakun
dengan menggunakan cara nontes.
Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus
dijawab, pernyataan yang harus ditanggapi dan tugas-tugas yang harus
dikerjakan/dilaksankan testee (peserta
tes). Dalam pembelajarn MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan
untuk menilai sejauh mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal
kemelekhurufan (kemampuan membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara
teknis.
1)
Tes
Tertulis
Merupakan alat penilaian
yang penyajian maupun pengerjaanya dilakukan dalam bentuk tertulis.
Pengerjaanya oleh siswa dan dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau
tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.
2)
Tes Lisan
Merupakan alat penilaian
yang penyajiannya dan pengerjaanya dilakukan dalam bentuk lisan. Dalam cara ini
pun, pengerjaanya oleh siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau
tanggapan atas pernyataan baik itu dilakukan oleh siswa dengan siswa maupun
oleh siswa/peserta didik dengan guru.
3)
Tes
Perbuatan
Merupakan alat penilaian
yang penguasaanyan dapat disampaikan secara tertulis atau lisan dan
pengerjaanya oleh siswa dilkukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat
penilaiann yang dilkukan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik minat,
sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada umumnya digunakan untuk memperoleh
informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan dalam penilaian proses,
sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan penilaian kedua-duanya,
baik itu teknik tes maupun itu teknik nontes.
2.
Penilaian
Hasil
Penilaian hasil dimaksudkan
untuk menentukan pencapain atau hasil belajar siswa. Alat penilaian yang
digunakan dapat berupa tes maupun nontes. Untuk menilai hasil pencapaian hasil
pembelajan siswa dalam MMP di kelas rendah dimaksudkan unruk memenuhi
nilai kemampuan siswa dalam hal kemelekhurufan yang
di capainya. Kemampuan-kemampuan dimaksud meliputi pengenalan atas
satuan-satuan lambang bahasa yang berupa huruf, suku kata, kata, fdan kalimat
sederhana.
3. STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MODEL PENGEMBANGAN
MENULIS INFORMAL
Dasar-dasar
pengembangan menulis informal adalah setiap kegiatan menulis harus melalui
langkah-langkah (proses) menulis yang bertahap, tetapi sebuah tulisan dapat dihasilkan
oleh penulisnya. Tompkins menyatakan “Ternyata menulis cepat tanpa melalui lima
tahap proses menulis diperlukan oleh siswa, terutama diperlukan untuk
menuliskan ide dan kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat, menuliskan
pesan pada tabel ”KWL” membuat diagram pemetaan semantik, menulis cepat untuk
merespon hasil kegiaatan (saat) membaca atau mempelajari sesuatu atau
mempelajari sesuatu. Tulisan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, tidak
perlu disempurnakan, dirapikan sepeti untuk tulisan formal. Dalam tulusan itu,
siswa sudah menyampaikan pesan secara utuh.
Tidak
setiap siswa memiliki ketrampilan menulis informal. Untuk itu perlu
dikembangkan model pembelajaran menulis informal yang sesuai dengan tuntutan
siswa. Berikut ini adalah model pembelajaran
menulis informal. Dalam konteks ini, model pembelajan menulis informal itu
disebut ”CITRA” (Cari Ide Tuliskan Tanpa Ragu). Di asumsikan bahwa setiap siswa
memiliki “skemata” yang dapat dikomunikasikan kedalam bentuk tulisan sesaat
setelah itu dimunculkan dari wilayah mental siswa. Guru berperan sebagai
pemotivasi dan fasilitator siswa untuk memancing pemunculan ide yang akan
dituliskan. Caranya, guru menugaskan siwa untuk melakukan suatu kegiatan atau
mengajukan pertanyaan pancingan. Variabel dari model Citra adalah sebagai
berikut:
1. Model Pembelajaran Citra 1
Model
Pembelajaran Citra 1 ditunjukkan untuk meningkatkan ketrampilan siswa
menuliskan ide atau kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat.
Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a. Ajukan sebuah topik kepada siswa.
b. Tugaskan siswa menuliskan ide atau kata
kunci yang berhubungan dengan topik.
c. Periksa hasil tulisan siswa, dalam hal
ini ide atau kata kunci yang tidak berhubungan yang menjadi fokus pemeriksaan.
Artinya guru memeriksa ide atau kata kunci yang tidak berhubungan dengan topik.
Itulah yang dikomentari oleh guru.
2. Model Pembelajaran Citra 2
Model
pembelajaran citra 2 ditunjukan untuk meningkatkan ketrampilan siswa menuliskan
ide atau kata-kata kunci dalam tabel “KWL” (What I know, What I want to find
out, What I learned ). Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a. Ajukan sebuah topik kepada siswa.
b. Tugaskan siswa memilah, memilih, dan
meyusun ide yang berkaitan dengan topik.
c. Tugaskan siswa menuliskan ide yang
berkaitan dengan topik kedalam tabel berikut.
K
|
W
|
L
|
|
3. Model Pembelajaran Citra 3
Model
pembelajaran Citra 3 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan
ide, kata-kata kunci atau frase yang
berkaitan dengan suatu topik ke dalam bentuk diagram (kluster). Ada lima
diagram yang digunakan untuk menuliskan topic yang diajukan kepada siswa.
a. Kluster Penceritaan
Topik
diuraikan menjadi tiga pilihan awal, tengah dan akhir.
b. Kluster 5W + 1H
Topik
diuraikan dengan menjawab pertanyaan What (apa), Who (siapa), When (kapan),
Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana).
c. Kluster Penginderaan
Topik
dipilah menjadi lima pilahan berdasarkan pengalaman penginderaan, see
(penglihatan), smell (penciuman), touch (perabaan), hear (pendengaran), dan
taste (pengecapan). Hasil penginderan tersebut dituliskan dalam diagram.
d. Kluster Pelaporan
Topik
dipilah untuk melaporkan tentang hakikat sesuatu atau melaporkan suatu fenomena
berdasarkan penjawaban pertanyaan, misalnya: (1) What does it look like? (2)
Where does it live? (3) What does it eat? (4) What isspecial about it? Dan
(5)How does it protect it self? Hasilnya dilaporkan/dituliskan ke dalam
diagram.
e. Kluster Pemetaan Semantik
Kluster
pemetaan semantik digunakan untuk merumuskan topik karangan atau tulisan berdasarkan
suatu topik utama. Topik yang dituliskan dalam diagram adalah:
1) Topik Utama (TU) karangan/tulisan.
2) Topik Paragraf (TP) pada
karangan/tulisan.
3) Topik Kalimat (PK) pada
karangan/tulisan yang dibatasi berdasarkan pengalaman penginderaan dan
penjawaban 5W + 1H.
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah:
1. Ajukan topik kepada siswa.
2. Tugaskan siswa memilah, memilih dan
menyusun ide, kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan topik, kemudian
menuliskan ke dalam diagram.
3. Periksa diagram (kluster) yang sudah
dikerjakan oleh siswa. Komentari hal-hal yang tidak sesuai dengan topik.
4.
Model Pembelajaran Citra 4
Model
pembelajaran Citra 4 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan
tanggapan (respons) singkat dalam bentuk tulisan terhadap suatu fenomena atau
suatu hal. Berdasarkan suatu topik atau tema yang disampaikan oleh guru, siswa
ditugaskan menanggapi secara singkat dalam bentuk tulisan. Tanggapan secara
singkat adalah tulisan yang berbentuk kalimat tunggal (1 S P O K) atau berbentuk
frase. Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a. Guru menyampaikan sebuah topic kepada
siswa, misalnya: Korupsi merupakan perbuatan yang merugikan Negara dan
mempertinggi angka penderitaan masyarakat. Sudah banyak bukti aparat yang
terlibat dalam korupsi negeri ini. Bagaimana tanggapan anda tentang hal itu?
b. Siswa ditugaskan untuk menuliskan
tanggapan terkait dengan topik itu. Tulisan siswa harus singkat dan tidak
berbentuk kalimat.
c. Periksa tulisan siswa dan komentari
kesesuaiannya dengan topik yang diajukan.
5. Model Pembelajaran Citra 5
Model
pembelajaran Citra 5 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan
sebuah topik dalam paragraf. Dalam model ini, siswa ditugaskan menuliskan
sebuah topik dalam satu paragraf. Dalam paragraf, siswa menuliskan minimal
dengan 5 (lima) kalimat. Tulisan tersebut dapat berbentuk sebuah anekdot atau
laporan pandangan mata.
Langkah-langkah
pembelajaran model ini adalah:
a. Ajukan suatu topik kepada siswa.
b. Tugaskan siswa untuk membatasi topik
yang dipilihnya dalam tulisan. Topik yang ditulis oleh siswa dibentuk dalam 1
(satu) paragraf, dengan minimal 5 (lima) kalimat penjelas.
c. Komentari hasil tulisan siswa
berdasarkan ketepatan topik dan cara penulisan dalam paragraf.
4. STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MODEL PENGEMBANGAN
MENULIS PROSES
1. Model Langsung Menulis
Menulis
itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai ilmu. Sebagai
ketrampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan. Sebagai ilmu
komposisi, Menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraf dengan
contoh-contonhnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam narasi, sekian
macam eksposisi dan masing-masing disertai dengan contoh-contohnya, ada kalimat
inti dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak membuat siswa dapat menulis.
Terlalu banyak aturan akan membuat siswa gamang menulis. Seperti halnya latihan
berenang, tidak dimulai dengan teori. Seorang yang ingin belajar berenang
langsung disuruh menceburkan diri ke dalam air. Di situ ia dapat mulai dengan
bermain-main air, menggerak-gerakkan kaki di dalam air, belajar berani
mengambang di air dengan cara berpegangan pada pipa di pinggir kolam dan
seterusnya. Dengan demikian, menulis pun dapat dimulai tanpa harus tahu tentang
teori-teori menulis. Seseorang yang ingin belajar menulis langsung saja terjun
di kegiatan menulis yang sebenarnya. Ia dapat saja menulis hal-hal yang
sederhana tanpa harus memeperdulikan apakah tulisannya memenuhi persyaratan
komposisi atau tidak. Tulisan yang dibuatnya harus selesai semua. Ia boleh
menulis bagian mana saja yang desenanginya dan melanjutkannya kapan saja dan
dimana saja. Artinya, Penyelesaian karangan itu tidak terbatas pada jam
sekolah.
2. Model Kebebasan Awal dan Akhir
Tidak
ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai. Dalam
pembelajaran sebuah ilmu ada titik mulai yang paling logis. Tetapi tidak
demikian dengan mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian manapun
yang kita sukai. Kita dapat memulainya dengan mengajak siswa menulis cerita,
laporan, deskripsi, puisi, atau apa saja. Perlu diingat, kata kunci dalam
pembelajaran menulis adalah mengajak siswa menulis.
Dengan
menggunakan kata kunci seperti itu siswa dapat kita bawa kedalam situasi yang
menyenangkan yang dapat membuat siswa mulai menulis. Misalnya, Anda sebagai
guru menuliskan kata air dipapan tulis. Kemudian anda bertanya kepada siswa,
Apakah mereka punya pengalaman menarik dengan air. Pasti jawabannya beragam.
Anda dapat mendaftar setiap ide tentang air itu dipapan tulis.Sesudah itu, anda
bertanya lebih lanjut, apakah mereka dapat menceritakan pengalaman
masing-masing kepada teman sebangkunya. Guru dapat meminta kepada siswa yang
mendengarkan cerita teman sebangkunya itu mencatat apa yang didengarnya.
Setelah cerita selesai sipencatat dapat menunjukan hasil catatanya. Itulah
hasil kolaborasi antar teman sebangku. Boleh saja cerita itu kemudian dikembangkan
lagi secara imajinatif atau dibiarkan begitu saja. Yang pasti pada saat itu
pada saat itu guru sudah berhasil mengajak para siswanya mengarang yang dimulai
dari mana pun. Kesan yang tertanam dari diri siswanya mengarang yang dimulai
dari manapun. Kesan yang tertanam dalam diri siswa dari kiat yang telah
digunakan guru dalam pembelajaran mengarang seperti itu bahwa mengarang itu
mudah.
Ketika
seseorang menulis, apapun yang ditulisnya, ia menggerahkan seluruh pengetahuan
dan kelaziman kebahasaan yang dimilikinya, termasuk kosakata, tata bahasa, dan
sebagainya, disamping juga hal-hal yang berkaitan dengan materi tulisannya,
bahkan kadang-kadang juga dengan suasana hatinya pada saat menulis serta banyak
faktor lainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ketika seseorang menulis,
ia mencurahkan seluruh kepribadiannya kedalam tulisannya. Dengan demikian guru
harus bertindak sangat hati-hati ketika memulai pembelajaran menulis agar
kepribadian siswa tidak tersinggung dan agar siswa tidak benci terhadap guru
dan pelajaran menulis. Untuk itu guru harus mempunyai banyak teknik yang dapat
membuat kelas menjadi cair, tidak tegang. Kelas harus dipenuhi dengan seloroh
dan canda yang muncul dari guru ataupun dari siswa. Seloroh dan canda sangat
membantu bagi munculnya ide yang segar dalam setiap pelajaran menulis.
3. Model Menulis Nonlinear
Pelajaran
menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada urut-urutan
tertentu dari a sampe ke z. Sebab kegiatan menulis merupakan proses yang
berputar-putar dan berulang-ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah menjadi
soal jika metari yang sama diberikan dua atau tiga kali sebab dalam setiap
pengulangan akan selalu ada perubahan, disamping dengan sendirinya akan
berlangsung pula proses-proses internalisasi, konsolidasi, dan verifikasi yang
akan menghasilkan kebiasaan dan keterampilan yang semakin lama semakin menuju
ke tingkat yang lebih sempurna pada diri siswa.
Maka
guru juga harus memiliki sistem penilaian yang berbeda dengan cara penilaian
konvensional. Disini guru mengadakan kesepakatan terlebih dahulu dengan siswa.
Menilai karangan dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses harus ada
kesesuaian antara kriteria penulisan guru dengan pikiran, kreasi, keinginan,
dan gaya yang digunakan siswa. Menilai karangan merupakan hak guru, tapi siswa
juga mempunyai hak untuk menghargai kreasinya. Oleh sebab itu siswa boleh
ditanya apa sikapnya terhadap tulisan yang dihasilkannya.
5. STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MODEL LINTAS
KETERAMPILAN BERBAHASA
Membaca
merupakan kunci keberhaslan dalam menulis, karena dengan membaca akan
berkembang wawasan yang akan mendorong bakat menulis. Karena membaca dan
menulis erat kaitannya, sehingga ada pendapat mengatakan bahwa seseorang yang
tidak gemar membaca, tidak akan menjadi penulis. Ada beberapa teknik dalam
mengembangkan menulis yaitu:
1. Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
Hal
ini dapat melalui permainan menulis yang biasa disebut menulis berantai atau
menulis berkelompok sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok dengan
jumlah 10 sampai 15 orang perkelompok.
b. Tentukan mana saja yang masuk kelompok
satu, dua dan seterusnya.
c. Siswa pertama dari suatu berita telah
mempunyai kalimat yang samapada setiap kertas, misal,” Hari minggu kemarin saya
pergi ke pantai”.
d. Siswa pertama bertugas menambahkan
sebuah kalimat, kemudian diserahkan pada siswa kedua yang akan menambahkan
kalimat lagi, dan seterusnya sampai siswa terakhir dalam suatu kelompok.
e. Sesudah itu kertas dikumpulkan dan guru
membacakan isi setiap kertas.
Ini
akan menjadi proses pembelajaran menulis yang menarik, karena adanya kesalahan
yang dibuat oleh siswa, biasanya tentang kesalahan koherensi, yaitu
keterhubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat sebelum atau sesudahnya.
2. Kuis
Minimal
ada tiga kuis yang dapat digunakan dalam setahunnya, yaitu kuis tanda baca,
kuis tata paragraf, dan kuis tanda kutip, tanda baca, dan tata paragraf
sekaligus.
3. Memberi atau mengganti akhir cerita
Mengganti
akhir cerita merupakan latihan menulis yang sangat menyanangkan, efisien, dan
efektif. Dengan kerja yang tidak terlalu banyak dapat dicapai apa yang menjadi
tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu siswa gemar menulis. Yang menarik
dari kegiatan ini adalah dengan akhir baru, cerita atau dongeng itu menjadi
lebih menarik.
4. Menulis meniru model: copy the master
Penggunaan
metode ini membutuhkan buku yang berisi banyak dan berbagai macam tulisan yang dapat dijadikan master atau model
pegangan. Sebuah model yang dipilih guru
dibaca bersama-sama dikelas. Kemudian baca pula analisis model itu (setiap
model disertai sedikit analisis mengenai bagus tidaknya tulisan itu dan
menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan tulisan itu, melihat
sistematika penulisannya, dll). Kemudian guru mrngajak siswa memikirkan objek
lain yang kira-kira dapat dituliskan dengan pola, gaya atau cara yang dipakai
dalam model itu. Selanjutnya, siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model
yang dibahas.
5. Pembelajaran menulis diluar kelas
Hal
ini dapat dilakukan dengan cara melatih siswa menulis buku harian. Yang berisi
tentang pengalaman, kesan atau pikiran yang menarik. Selain dengan menulis
majalah dinding (Mading). Dapat pula dengan kliping. Dalam kliping siswa akan
mengumpulkan tulisan-tulisan yang mereka sukai yang sesuai dengan bakat dan
kepribadian mereka.
6. EVALUASI MENULIS DI SD
Penilaian
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran di kelas.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro (2010: 9)
dikemukakan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Guru dapat menggunakan
berbagai cara penilaian untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. Pada pembelajaran
menulis evaluasi dapat dilakukan melalui dua macam cara, yakni dengan tes dan non
tes. Teknik tes maupun non tes dapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau
data tentang siswa yang dinilai. Dalam hal ini guru harus menentukan kapan
harus menggunakan tes dan kapan menggunakan non tes.
Sabarti
Akhadiah, dkk (1991: 149-152), menjelaskan evaluasi pembelajaran menulis pada
jenjang pendidikan SD mencakup evaluasi menulis permulaan dan menulis lanjut.
Evaluasi menulis permulaan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan siswa dalam menuliskan lambang-lambang bunyi dalam suatu kalimat
sesuai dengan ejaan (huruf besar pada awal kalimat, tanda titik, tanda seru, tanda
tanya pada akhir kalimat, dan sebagainya). Evaluasi menulis lanjut bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi secara tertulis.
Menurut
Sabarti Akhadiah (1991: 150), ruang lingkup evaluasi pembelajaran menulis
permulaan di SD meliputi:
1. Penguasaan lambang bunyi
Dikte
merupakan cara yang paling efektif untuk mengetahui penguasaan siswa tentang
lambang bunyi.
2. Penguasaan ejaan dan tanda baca
Guru
bisa menggunakan teknik dikte, pilihan ganda, atau perbaikan ejaan yang salah
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan ejaan dan tanda baca.
3. Kemampuan memilih kata
Tes
dalam hal ini sebenarnya merupakan semacam tes kosa kata yang lebih menekankan
pada kemampuan siswa dalam menggunakan kata secara tepat dalam kalimat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Strategi pembelajaran
menulis dengan model menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada
kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak
mulai memasuki bangku sekolah.
Langkah-langkah pembelajaran menulis
permulaan, antara lain:
1.
Pengenalan huruf
2.
Latihan
Metode dan pembelajaran menulis permulaan, yaitu:
1.
Metode Eja
2.
Metode Kata Lembaga
3.
Metode Global
4.
Metode SAS
Penilaian Dalam Menulis
Permulaan terdiri dari penilain proses dan penilaian hasil.
Dalam
strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal dasar-dasar
yang harus di miliki adalah setiap kegiatan menulis harus melalui
langkah-langkah (proses) menulis yang bertahap, tetapi sebuah tulisan dapat
dihasilkan oleh penulisnya.
Strategi
pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses itu lebih baik dipahami sebagai
keterampilan, bukan sebagai ilmu. Sebagai ketrampilan, menulis membutuhkan
latihan, latihan, dan latihan.
Strategi
pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa, terdiri dari:
1. Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
2. Kuis
3. Memberi atau mengganti akhir cerita
4. Menulis meniru model: copy the master
5. Pembelajaran menulis diluar kelas
Penilaian
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran di kelas. Evaluasi
menulis permulaan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa dalam
menuliskan lambang-lambang bunyi dalam suatu kalimat sesuai dengan ejaan (huruf
besar pada awal kalimat, tanda titik, tanda seru, tanda tanya pada akhir
kalimat, dan sebagainya).
B.
SARAN
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita
sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita.
Cara menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari
makalah ini. mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya.
Amiinn.
DAFTAR PUSTAKA
______.
(2008). Evaluasi Pembelajaran Menulis di
SD. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/7871/3/bab2%20-%2008108247062.pdf. [13 Desember 2014].
Ardhana. 2009. Stategi
Dalam Pembelajaran Menulis. [Online]. Tersedia: https://ardhana12.wordpress.com/2009/01/07/strategi-dalam-pembelajaan-menulis-2/. [13 Desember 2014].
Sulistyorini, Evi.
(2013). Keterampilan Menulis di SD.
[Online]. Tersedia: http://catatansieviy.blogspot.com/2013/04/keterampilan-menulis-di-sd.html [15 Desember 2014].
permisi..
BalasHapusboleh tanya tentang referensi yang digunakan untuk metode SAS dalam menulis permulaan itu apa?
karena saya kesulitan mencari sumber referensi buku.
terima kasih..
izin copas ssis !!
BalasHapusramein juga ya sis
BalasHapusnegeribabakansatu.blogspot.co.id
sdnegeribabakansatu.blogspot.co.id
BalasHapusterima kasih sangat membantu
BalasHapush009n5rkqxt245 male sex dolls,dildo,dildo,cheap sex toys,dildo,sex chair,Panty Vibrators,sex dolls,sex toys a222z2hcflq211
BalasHapus