Kamis, 29 Januari 2015

STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN DAN EVALUASI MENULIS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Keterampilan menulis merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meraih kemajuan belajar siswa. Upaya pengembangan dan peningkatan keterampilan menulis di antaranya dilakukan melalui pembelajaran di sekolah. Sekolah Dasar (SD) sebagai pengalaman pertama pendidikan dasar yang harus mampu membekali lulusannya dengan dasar-dasar kemampuan menulis yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Menulis permulaan sebagai kemampuan dasar menulis siswa merupakan alat yang utama bagi siswa. Namun pada kenyataannya masih terdapat siswa yang tidak dapat menulis. Keadaan ini terjadi pada siswa kelas I maupun pada tingkat yang lebih tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran membaca di Sekolah Dasar (SD) belum berhasil. Masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai huruf atau bahkan sama sekali belum menguasai huruf. Hal itu sangat mempengaruhi keberhasilan siswa tersebut dalam belajar atau menerima mata pelajaran yang dipelajari di sekolah.
Sehingga Bertolak dari betapa pentingnya pembeljaran menulis permulaan yang mendasari berbagai bidang studi kelas-kelas selanjutnya maka, penulis tertarik untuk membuat makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana penerapan strategi pembelajaran menulis dengan model menulis permulaan itu?
2.      Bagimana penerapan strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal itu?
3.      Bagaimana penerapan strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses
4.      Bagaimana penerapan strategi pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa?
5.      Bagaimana cara penilaian/ evaluasi Menulis di SD?

C.    TUJUAN DAN MANFAAT MAKALAH
1.      Tujuan Makalah
a.       Menjelaskan tentang strategi pembelajaran menulis dengan model menulis permulaan
b.      Menjelaskan tentang strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal
c.       Menjelaskan tentang strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses
d.      Menjelaskan tentang strategi pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa
e.       Menjelaskan tentang cara penilaian/ evaluasi Menulis di SD
2.      Manfaat Makalah
a.       Meningkatkan pemahaman tentang strategi pembelajaran menulis dengan model menulis permulaan
b.      Meningkatkan pemahaman tentang strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal
c.       Meningkatkan pemahaman tentang strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses
d.      Meningkatkan pemahaman tentang strategi pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa
e.       Meningkatkan pemahaman tentang cara penilaian/ evaluasi Menulis di SD



BAB II
PEMBAHASAN

A.    STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MODEL MENULIS PERMULAAN
1.      Pengertian menulis permulaan
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:968) menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).
Jadi, menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah.
Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan, antara lain:
1)      Pengenalan huruf
Kegiatan ini di lakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan.Penekanan pembelajaran di arahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar.Fungsi pengenalan ini di maksudkan untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan.
2)      Latihan
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan seperti:
·         Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
·         Latihan gerakan tangan.
·         Latihan mengeblat.
·         Latihan menatap bentuk tulisan.
·         Latihan menulis halus indah.
·         Latihan dikte.
·         Latihan melengkapi tulisan.
a.       Metode dan pembelajaran menulis permulaan
1)      Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
a)      Menulis huruf lepas.
b)      Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata.
c)      Merangkaikan suku kata menjadi kata.
d)     Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4).
2)      Metode Kata Lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Mengenalkan kata.
b)      Merangkaikan kata antar suku kata.
c)      Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya.
d)     Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5).
3)      Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata (Djauzak, 1996:6).
4)      Metode SAS
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Menurut Supriyadi dkk. (l992) alasan mengapa metode SAS dipandang paling baik antara lain : (l) metode ini menganut prisip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa terkecil adalah kalimat, (2) memperhitungkan perkembangan pengalaman bahasa anak, dan (3) metode ini menganut prinsip menemukan sendiri. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
a)      Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b)      Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c)      Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.
Untuk lebih jelasnya dalam penerapan metode SAS, guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a)      Guru menuliskan sebuah kalimat sederhana, membacanya, siswa menyalinnya.
b)      Kalimat itu diuraikan ke dalam bentuk kata-kata. Setelah dibaca siswa menyalin kata-kata itu seperti yang dilakukan guru.
c)      Kata-kata dalam kalimat itu diuraikan lagi atas suku-sukunya. Setelah dibaca, siswa menyalin suku kata-suku kata itu seperti yang dilakukan guru.
d)     Suku kata itu pun diuraikan lagi atas huruf-hurufnya. Siswa menyalin seperti yang dilakukan guru.
e)      Setelah guru memberikan penjelasan lebih lanjut, huruf-huruf itu dirangkaikan kembali menjadi suku kata, kata, dan kalimat untuk kemudian siswa menyalinnya seperti yang dilakukan guru.
Kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1)      Penulisan kata-kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal atau yang baru dengan huruf balok.
2)      Menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang ditunjukkan guru.
3)      Penulisan huruf yang ada pada kartu, yang telah disusun menjadi kata.
4)      Penulisan cerita di dalam gambar dengan bimbingan guru.
5)      Penulisan kata-kata yang sudah dikenal (dengan didiktekan guru).
6)      Penulisan kalimat sederhana yang dimulai dengan huruf kapital diakhiri tanda titik.
7)      Penulisan jawaban atas pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.
8)      Selanjutnya pembelajaran menulis sudah mengarah pada kegiatan mengarang yang diawali dengan pembelajaran mengarang permulaan (mengarang sederhana berdasarkan gambar seri, cerita sederhana, atau pengalaman siswa) sampai pada tingkat mengarang lanjut. Pembelajaran menulis lanjut diarahkan pada pengembangan kemampuan menulis beragam bentuk tulisan.
Demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan struktur analitik sintetik (Subana:176).
2.      Penilaian Dalam Membaca dan Menulis Permulaan (MMP)
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pemaknaan data (informasi) untuk menentukan kualitas sesuatu yang terkandung dalam data tersebut. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, data atau informaasi tersebut diperoleh melalui serangkaian kegiatan atau peristiwa yang terjadi di dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan dimaksud berkaitan apa yang dilakukan oleh guru, apa yang terjadi di dalam kelas, dan apa yang dilakukan oleh siswa. Sekalian dengan penilaian pembelajaran MMP di kelas rendah sekolah dasar, penilaian itu tentunya harus sesuai dengan tujuan dan hakikat pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Penilaian dimaksud berkenaan dengan penilaian terhadap proses dan penilaian terhadap hasil.
Mengapa penilaian itu harus mencakup proses belajar dan hasil belajar?. Dalam kaitannya dengan pertanyaan yang terjadi di dalam kelas dan apa yang dilakukan dan diperoleh siswa di dalam kelas melalui pembelajaran di dalam kelas. Jawaban atas dan apa yang dilakukan dan diperoleh siswa di dalam kelas melalui pembelajaran di dalam kelas. Jawaban atas pertanyaan tersebut mustahil hanya bisa digali melalui penilaian terhadap hasil belaka tanpa melihat prosesnya. Disamping itu, sasaran penilaian itupun harus mencakup tiga ranah, yaitu:
a.          Ranah Kognitif (kemampuan intelektual)
b.         Ranah Afektif (kemampuan emosi dan sikap)
c.          Ranah Psikomotorik (ketrampilan)
Oleh karena itu, penilaian itu harus bersikap utuh dan menyeluruh. Keharusan akan penilaian utuh dan menyeluruh ini mustahil dilakukan dengan hanya mengandalkan pada alat penilaian yang berupa tes belaka. Alat penilaian berbentuk tes dan nontes dilakukan, baik terhadap proses dan hasil diharapkan mampu menggambarkan kemampuan dan kemajuan belajar belajar siswa secara utuh dan menyeluruh. Penilaian dengan pendekatan seperi ini dinamakan dengan pendekatan hilostik.
Penilaian yang diarahkan pada proses dan hasil belajar siswa dimaksudkan untuk melihat kemajuan dan hasil belajar yang dicapai oleh masing-masing siswa. Berdasarkan informasi kemajuan dan hasil belajar yang bersifat individual itu, hasil penilaian tersebut juga dapat digunakan untuk membandingkan kemampuan antarsiswa dalam kelas tersebut. Dengan demikian, hasil penilaian dimaksud akan menjadi bahan masukan yang berharga untuk menentukan tingkat kenerhasilan anak dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Di samping itu, guru juga akan mendapat masukan tentang kesulita-kesulitan yang dialami siswanya dalam belajar. Berbekal informasi tersebut, guru akan dapat memilih dan merancang pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak dengan kebutuhan anak didiknya.
1.         Penilain Proses
Penilaian proses dilakakuan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajarn dimaksud, guru akan memperhatikan aktivitas, respons, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa dalam mengikuti proses  pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, perkembangan dan kemajuan belajar siswa akan diketahui. Bukan hanya itu, masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar akan terdeteksi. Demikan juga denga respon dan tanggapan siswa terhadap kemajuan belajar yang akan dicapainaya atau terhadap masalah yang dihadapinya akan diketahui.
Berdasarkan penjelasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa informasi yang terekam dalam proses ini harus meliputi tiga ranah, yaitu :
a.       Kognitif
b.      Afektif
c.       Psikomotorik
Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi dari ketiga rabah tersebut dalam proses belajar tidak dapat jika hanya mengandalkan salah satu dari jenis alat penilaian tertentu. Alat penilaian yang berbentuk tes pada umumnya cocok untuk menggali kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan kognisi. Sedangkan untuk alat penilaian afektif dan psikomotorok lebih efektif bila dilakakun dengan menggunakan cara nontes.
Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan yang harus ditanggapi dan tugas-tugas yang harus dikerjakan/dilaksankan testee (peserta tes). Dalam pembelajarn MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan untuk menilai sejauh mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekhurufan (kemampuan membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.
1)      Tes Tertulis
Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaanya dilakukan dalam bentuk tertulis. Pengerjaanya oleh siswa dan dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.
2)      Tes Lisan
Merupakan alat penilaian yang penyajiannya dan pengerjaanya dilakukan dalam bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaanya oleh siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan baik itu dilakukan oleh siswa dengan siswa maupun oleh siswa/peserta didik dengan guru.
3)      Tes Perbuatan
Merupakan alat penilaian yang penguasaanyan dapat disampaikan secara tertulis atau lisan dan pengerjaanya oleh siswa dilkukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaiann yang dilkukan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada umumnya digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan dalam penilaian proses, sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan penilaian kedua-duanya, baik itu teknik tes maupun itu teknik nontes.
2.      Penilaian Hasil
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapain atau hasil belajar siswa. Alat penilaian yang digunakan dapat berupa tes maupun nontes. Untuk menilai hasil pencapaian hasil pembelajan siswa dalam MMP di kelas rendah dimaksudkan unruk memenuhi  nilai kemampuan siswa dalam hal kemelekhurufan yang di capainya. Kemampuan-kemampuan dimaksud meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang bahasa yang berupa huruf, suku kata, kata, fdan kalimat sederhana.

3.      STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MODEL PENGEMBANGAN MENULIS INFORMAL
Dasar-dasar pengembangan menulis informal adalah setiap kegiatan menulis harus melalui langkah-langkah (proses) menulis yang bertahap, tetapi sebuah tulisan dapat dihasilkan oleh penulisnya. Tompkins menyatakan “Ternyata menulis cepat tanpa melalui lima tahap proses menulis diperlukan oleh siswa, terutama diperlukan untuk menuliskan ide dan kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat, menuliskan pesan pada tabel ”KWL” membuat diagram pemetaan semantik, menulis cepat untuk merespon hasil kegiaatan (saat) membaca atau mempelajari sesuatu atau mempelajari sesuatu. Tulisan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, tidak perlu disempurnakan, dirapikan sepeti untuk tulisan formal. Dalam tulusan itu, siswa sudah menyampaikan pesan secara utuh.
Tidak setiap siswa memiliki ketrampilan menulis informal. Untuk itu perlu dikembangkan model pembelajaran menulis informal yang sesuai dengan tuntutan siswa.   Berikut ini adalah model pembelajaran menulis informal. Dalam konteks ini, model pembelajan menulis informal itu disebut ”CITRA” (Cari Ide Tuliskan Tanpa Ragu). Di asumsikan bahwa setiap siswa memiliki “skemata” yang dapat dikomunikasikan kedalam bentuk tulisan sesaat setelah itu dimunculkan dari wilayah mental siswa. Guru berperan sebagai pemotivasi dan fasilitator siswa untuk memancing pemunculan ide yang akan dituliskan. Caranya, guru menugaskan siwa untuk melakukan suatu kegiatan atau mengajukan pertanyaan pancingan. Variabel dari model Citra adalah sebagai berikut:
1.      Model Pembelajaran Citra 1
Model Pembelajaran Citra 1 ditunjukkan untuk meningkatkan ketrampilan siswa menuliskan ide atau kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat. Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.       Ajukan sebuah topik kepada siswa.
b.      Tugaskan siswa menuliskan ide atau kata kunci yang berhubungan dengan topik.
c.       Periksa hasil tulisan siswa, dalam hal ini ide atau kata kunci yang tidak berhubungan yang menjadi fokus pemeriksaan. Artinya guru memeriksa ide atau kata kunci yang tidak berhubungan dengan topik. Itulah yang dikomentari oleh guru.
2.      Model Pembelajaran Citra 2
Model pembelajaran citra 2 ditunjukan untuk meningkatkan ketrampilan siswa menuliskan ide atau kata-kata kunci dalam tabel “KWL” (What I know, What I want to find out, What I learned ). Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.       Ajukan sebuah topik kepada siswa.
b.      Tugaskan siswa memilah, memilih, dan meyusun ide yang berkaitan dengan topik.
c.       Tugaskan siswa menuliskan ide yang berkaitan dengan topik kedalam tabel berikut.
K
W
L




3.      Model Pembelajaran Citra 3
Model pembelajaran Citra 3 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan ide, kata-kata kunci  atau frase yang berkaitan dengan suatu topik ke dalam bentuk diagram (kluster). Ada lima diagram yang digunakan untuk menuliskan topic yang diajukan kepada siswa.
a.       Kluster Penceritaan
Topik diuraikan menjadi tiga pilihan awal, tengah dan akhir.
b.      Kluster 5W + 1H
Topik diuraikan dengan menjawab pertanyaan What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana).
c.       Kluster Penginderaan
Topik dipilah menjadi lima pilahan berdasarkan pengalaman penginderaan, see (penglihatan), smell (penciuman), touch (perabaan), hear (pendengaran), dan taste (pengecapan). Hasil penginderan tersebut dituliskan dalam diagram.
d.       Kluster Pelaporan
Topik dipilah untuk melaporkan tentang hakikat sesuatu atau melaporkan suatu fenomena berdasarkan penjawaban pertanyaan, misalnya: (1) What does it look like? (2) Where does it live? (3) What does it eat? (4) What isspecial about it? Dan (5)How does it protect it self? Hasilnya dilaporkan/dituliskan ke dalam diagram.
e.       Kluster Pemetaan Semantik
Kluster pemetaan semantik digunakan untuk merumuskan topik karangan atau tulisan berdasarkan suatu topik utama. Topik yang dituliskan dalam diagram adalah:
1)      Topik Utama (TU) karangan/tulisan.
2)      Topik Paragraf (TP) pada karangan/tulisan.
3)      Topik Kalimat (PK) pada karangan/tulisan yang dibatasi berdasarkan pengalaman penginderaan dan penjawaban 5W + 1H.
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah:
1.      Ajukan topik kepada siswa.
2.      Tugaskan siswa memilah, memilih dan menyusun ide, kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan topik, kemudian menuliskan ke dalam diagram.
3.      Periksa diagram (kluster) yang sudah dikerjakan oleh siswa. Komentari hal-hal yang tidak sesuai dengan topik.
4.        Model Pembelajaran Citra 4
Model pembelajaran Citra 4 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan tanggapan (respons) singkat dalam bentuk tulisan terhadap suatu fenomena atau suatu hal. Berdasarkan suatu topik atau tema yang disampaikan oleh guru, siswa ditugaskan menanggapi secara singkat dalam bentuk tulisan. Tanggapan secara singkat adalah tulisan yang berbentuk kalimat tunggal (1 S P O K) atau berbentuk frase. Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.     Guru menyampaikan sebuah topic kepada siswa, misalnya: Korupsi merupakan perbuatan yang merugikan Negara dan mempertinggi angka penderitaan masyarakat. Sudah banyak bukti aparat yang terlibat dalam korupsi negeri ini. Bagaimana tanggapan anda tentang hal itu?
b.     Siswa ditugaskan untuk menuliskan tanggapan terkait dengan topik itu. Tulisan siswa harus singkat dan tidak berbentuk kalimat.
c.     Periksa tulisan siswa dan komentari kesesuaiannya dengan topik yang diajukan.
5.      Model Pembelajaran Citra 5
Model pembelajaran Citra 5 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan sebuah topik dalam paragraf. Dalam model ini, siswa ditugaskan menuliskan sebuah topik dalam satu paragraf. Dalam paragraf, siswa menuliskan minimal dengan 5 (lima) kalimat. Tulisan tersebut dapat berbentuk sebuah anekdot atau laporan pandangan mata.
Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.       Ajukan suatu topik kepada siswa.
b.      Tugaskan siswa untuk membatasi topik yang dipilihnya dalam tulisan. Topik yang ditulis oleh siswa dibentuk dalam 1 (satu) paragraf, dengan minimal 5 (lima) kalimat penjelas.
c.       Komentari hasil tulisan siswa berdasarkan ketepatan topik dan cara penulisan dalam paragraf.

4.      STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MODEL PENGEMBANGAN MENULIS PROSES
1.      Model Langsung Menulis
Menulis itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai ilmu. Sebagai ketrampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan. Sebagai ilmu komposisi, Menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraf dengan contoh-contonhnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam narasi, sekian macam eksposisi dan masing-masing disertai dengan contoh-contohnya, ada kalimat inti dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak membuat siswa dapat menulis. Terlalu banyak aturan akan membuat siswa gamang menulis. Seperti halnya latihan berenang, tidak dimulai dengan teori. Seorang yang ingin belajar berenang langsung disuruh menceburkan diri ke dalam air. Di situ ia dapat mulai dengan bermain-main air, menggerak-gerakkan kaki di dalam air, belajar berani mengambang di air dengan cara berpegangan pada pipa di pinggir kolam dan seterusnya. Dengan demikian, menulis pun dapat dimulai tanpa harus tahu tentang teori-teori menulis. Seseorang yang ingin belajar menulis langsung saja terjun di kegiatan menulis yang sebenarnya. Ia dapat saja menulis hal-hal yang sederhana tanpa harus memeperdulikan apakah tulisannya memenuhi persyaratan komposisi atau tidak. Tulisan yang dibuatnya harus selesai semua. Ia boleh menulis bagian mana saja yang desenanginya dan melanjutkannya kapan saja dan dimana saja. Artinya, Penyelesaian karangan itu tidak terbatas pada jam sekolah.
2.       Model Kebebasan Awal dan Akhir
Tidak ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai. Dalam pembelajaran sebuah ilmu ada titik mulai yang paling logis. Tetapi tidak demikian dengan mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian manapun yang kita sukai. Kita dapat memulainya dengan mengajak siswa menulis cerita, laporan, deskripsi, puisi, atau apa saja. Perlu diingat, kata kunci dalam pembelajaran menulis adalah mengajak siswa menulis. 
Dengan menggunakan kata kunci seperti itu siswa dapat kita bawa kedalam situasi yang menyenangkan yang dapat membuat siswa mulai menulis. Misalnya, Anda sebagai guru menuliskan kata air dipapan tulis. Kemudian anda bertanya kepada siswa, Apakah mereka punya pengalaman menarik dengan air. Pasti jawabannya beragam. Anda dapat mendaftar setiap ide tentang air itu dipapan tulis.Sesudah itu, anda bertanya lebih lanjut, apakah mereka dapat menceritakan pengalaman masing-masing kepada teman sebangkunya. Guru dapat meminta kepada siswa yang mendengarkan cerita teman sebangkunya itu mencatat apa yang didengarnya. Setelah cerita selesai sipencatat dapat menunjukan hasil catatanya. Itulah hasil kolaborasi antar teman sebangku. Boleh saja cerita itu kemudian dikembangkan lagi secara imajinatif atau dibiarkan begitu saja. Yang pasti pada saat itu pada saat itu guru sudah berhasil mengajak para siswanya mengarang yang dimulai dari mana pun. Kesan yang tertanam dari diri siswanya mengarang yang dimulai dari manapun. Kesan yang tertanam dalam diri siswa dari kiat yang telah digunakan guru dalam pembelajaran mengarang seperti itu bahwa mengarang itu mudah.
Ketika seseorang menulis, apapun yang ditulisnya, ia menggerahkan seluruh pengetahuan dan kelaziman kebahasaan yang dimilikinya, termasuk kosakata, tata bahasa, dan sebagainya, disamping juga hal-hal yang berkaitan dengan materi tulisannya, bahkan kadang-kadang juga dengan suasana hatinya pada saat menulis serta banyak faktor lainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ketika seseorang menulis, ia mencurahkan seluruh kepribadiannya kedalam tulisannya. Dengan demikian guru harus bertindak sangat hati-hati ketika memulai pembelajaran menulis agar kepribadian siswa tidak tersinggung dan agar siswa tidak benci terhadap guru dan pelajaran menulis. Untuk itu guru harus mempunyai banyak teknik yang dapat membuat kelas menjadi cair, tidak tegang. Kelas harus dipenuhi dengan seloroh dan canda yang muncul dari guru ataupun dari siswa. Seloroh dan canda sangat membantu bagi munculnya ide yang segar dalam setiap pelajaran menulis.
3.      Model Menulis Nonlinear
Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada urut-urutan tertentu dari a sampe ke z. Sebab kegiatan menulis merupakan proses yang berputar-putar dan berulang-ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah menjadi soal jika metari yang sama diberikan dua atau tiga kali sebab dalam setiap pengulangan akan selalu ada perubahan, disamping dengan sendirinya akan berlangsung pula proses-proses internalisasi, konsolidasi, dan verifikasi yang akan menghasilkan kebiasaan dan keterampilan yang semakin lama semakin menuju ke tingkat yang lebih sempurna pada diri siswa.
Maka guru juga harus memiliki sistem penilaian yang berbeda dengan cara penilaian konvensional. Disini guru mengadakan kesepakatan terlebih dahulu dengan siswa. Menilai karangan dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses harus ada kesesuaian antara kriteria penulisan guru dengan pikiran, kreasi, keinginan, dan gaya yang digunakan siswa. Menilai karangan merupakan hak guru, tapi siswa juga mempunyai hak untuk menghargai kreasinya. Oleh sebab itu siswa boleh ditanya apa sikapnya terhadap tulisan yang dihasilkannya.

5.      STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MODEL LINTAS KETERAMPILAN BERBAHASA
Membaca merupakan kunci keberhaslan dalam menulis, karena dengan membaca akan berkembang wawasan yang akan mendorong bakat menulis. Karena membaca dan menulis erat kaitannya, sehingga ada pendapat mengatakan bahwa seseorang yang tidak gemar membaca, tidak akan menjadi penulis. Ada beberapa teknik dalam mengembangkan menulis yaitu:
1.      Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
Hal ini dapat melalui permainan menulis yang biasa disebut menulis berantai atau menulis berkelompok sebagai berikut:
a.       Siswa dibagi dalam kelompok dengan jumlah 10 sampai 15 orang perkelompok.
b.      Tentukan mana saja yang masuk kelompok satu, dua dan seterusnya.
c.       Siswa pertama dari suatu berita telah mempunyai kalimat yang samapada setiap kertas, misal,” Hari minggu kemarin saya pergi ke pantai”.
d.      Siswa pertama bertugas menambahkan sebuah kalimat, kemudian diserahkan pada siswa kedua yang akan menambahkan kalimat lagi, dan seterusnya sampai siswa terakhir dalam suatu kelompok.
e.       Sesudah itu kertas dikumpulkan dan guru membacakan isi setiap kertas.
Ini akan menjadi proses pembelajaran menulis yang menarik, karena adanya kesalahan yang dibuat oleh siswa, biasanya tentang kesalahan koherensi, yaitu keterhubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat sebelum atau sesudahnya.
2.      Kuis
Minimal ada tiga kuis yang dapat digunakan dalam setahunnya, yaitu kuis tanda baca, kuis tata paragraf, dan kuis tanda kutip, tanda baca, dan tata paragraf sekaligus.
3.      Memberi atau mengganti akhir cerita
Mengganti akhir cerita merupakan latihan menulis yang sangat menyanangkan, efisien, dan efektif. Dengan kerja yang tidak terlalu banyak dapat dicapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu siswa gemar menulis. Yang menarik dari kegiatan ini adalah dengan akhir baru, cerita atau dongeng itu menjadi lebih menarik.
4.      Menulis meniru model: copy the master
Penggunaan metode ini membutuhkan buku yang berisi banyak dan berbagai macam tulisan  yang dapat dijadikan master atau model pegangan. Sebuah model  yang dipilih guru dibaca bersama-sama dikelas. Kemudian baca pula analisis model itu (setiap model disertai sedikit analisis mengenai bagus tidaknya tulisan itu dan menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan tulisan itu, melihat sistematika penulisannya, dll). Kemudian guru mrngajak siswa memikirkan objek lain yang kira-kira dapat dituliskan dengan pola, gaya atau cara yang dipakai dalam model itu. Selanjutnya, siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model yang dibahas.
5.      Pembelajaran menulis diluar kelas
Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih siswa menulis buku harian. Yang berisi tentang pengalaman, kesan atau pikiran yang menarik. Selain dengan menulis majalah dinding (Mading). Dapat pula dengan kliping. Dalam kliping siswa akan mengumpulkan tulisan-tulisan yang mereka sukai yang sesuai dengan bakat dan kepribadian mereka.

6.      EVALUASI MENULIS DI SD
Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran di kelas. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro (2010: 9) dikemukakan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Guru dapat menggunakan berbagai cara penilaian untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. Pada pembelajaran menulis evaluasi dapat dilakukan melalui dua macam cara, yakni dengan tes dan non tes. Teknik tes maupun non tes dapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau data tentang siswa yang dinilai. Dalam hal ini guru harus menentukan kapan harus menggunakan tes dan kapan menggunakan non tes.
Sabarti Akhadiah, dkk (1991: 149-152), menjelaskan evaluasi pembelajaran menulis pada jenjang pendidikan SD mencakup evaluasi menulis permulaan dan menulis lanjut. Evaluasi menulis permulaan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa dalam menuliskan lambang-lambang bunyi dalam suatu kalimat sesuai dengan ejaan (huruf besar pada awal kalimat, tanda titik, tanda seru, tanda tanya pada akhir kalimat, dan sebagainya). Evaluasi menulis lanjut bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara tertulis.
Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 150), ruang lingkup evaluasi pembelajaran menulis permulaan di SD meliputi:
1.      Penguasaan lambang bunyi
Dikte merupakan cara yang paling efektif untuk mengetahui penguasaan siswa tentang lambang bunyi.
2.      Penguasaan ejaan dan tanda baca
Guru bisa menggunakan teknik dikte, pilihan ganda, atau perbaikan ejaan yang salah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan ejaan dan tanda baca.
3.      Kemampuan memilih kata
Tes dalam hal ini sebenarnya merupakan semacam tes kosa kata yang lebih menekankan pada kemampuan siswa dalam menggunakan kata secara tepat dalam kalimat.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Strategi pembelajaran menulis dengan model menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah.
Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan, antara lain:
1.      Pengenalan huruf
2.      Latihan
Metode dan pembelajaran menulis permulaan, yaitu:
1.      Metode Eja
2.      Metode Kata Lembaga
3.      Metode Global
4.      Metode SAS
Penilaian Dalam Menulis Permulaan terdiri dari penilain proses dan penilaian hasil.
Dalam strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal dasar-dasar yang harus di miliki adalah setiap kegiatan menulis harus melalui langkah-langkah (proses) menulis yang bertahap, tetapi sebuah tulisan dapat dihasilkan oleh penulisnya.
Strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai ilmu. Sebagai ketrampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan.
Strategi pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa, terdiri dari:
1.      Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
2.      Kuis
3.      Memberi atau mengganti akhir cerita
4.      Menulis meniru model: copy the master
5.      Pembelajaran menulis diluar kelas
Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran di kelas. Evaluasi menulis permulaan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa dalam menuliskan lambang-lambang bunyi dalam suatu kalimat sesuai dengan ejaan (huruf besar pada awal kalimat, tanda titik, tanda seru, tanda tanya pada akhir kalimat, dan sebagainya).
B.     SARAN
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya. Amiinn.


DAFTAR PUSTAKA


______. (2008). Evaluasi Pembelajaran Menulis di SD. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/7871/3/bab2%20-%2008108247062.pdf. [13 Desember 2014].
Ardhana. 2009. Stategi Dalam Pembelajaran Menulis. [Online]. Tersedia: https://ardhana12.wordpress.com/2009/01/07/strategi-dalam-pembelajaan-menulis-2/. [13 Desember 2014].
Sulistyorini, Evi. (2013). Keterampilan Menulis di SD. [Online]. Tersedia: http://catatansieviy.blogspot.com/2013/04/keterampilan-menulis-di-sd.html [15 Desember 2014].



6 komentar:

  1. permisi..
    boleh tanya tentang referensi yang digunakan untuk metode SAS dalam menulis permulaan itu apa?
    karena saya kesulitan mencari sumber referensi buku.
    terima kasih..

    BalasHapus
  2. ramein juga ya sis
    negeribabakansatu.blogspot.co.id

    BalasHapus
  3. sdnegeribabakansatu.blogspot.co.id

    BalasHapus
  4. terima kasih sangat membantu

    BalasHapus